Bisnis.com, JAKARTA -- Kementerian Luar Negeri (Kemlu) mengungkap alasan sebanyak 116 warga negara Indonesia atau WNI masih tetap bertahan di Lebanon meski eskalasi konflik dengan Israel semakin memanas.
Perlu diketahui, ketegangan di Timur Tengah semakin memanas usai Israel gencar melakukan serangan, salah satunya ke Lebanon. Setidaknya, penyerangan itu telah menewaskan ratusan korban dan melukai lebih dari 2.500 orang.
Direktur Perlindungan WNI Kemlu RI, Judha Nugraha mengatakan ratusan WNI itu tersebar di sejumlah kota mulai dari Beirut 83 orang; Baabda 4 orang; Bekaa 5 orang.
Selanjutnya, Byblos tiga orang; Tripoli tiga belas orang; Akkar empat orang; Tyre tiga orang; dan Saida satu orang.
"Jadi masih ada 116 WNI kita yang ada di Lebanon dan mayoritas berada di Beirut," kata Judha di kantornya, Jumat (4/10/2024).
Dia mengatakan, terdapat beberapa alasan yang membuat ratusan WNI itu memilih menetap di Lebanon meski ada ketegangan situasi geopolitik di Timur Tengah.
Baca Juga
Misalnya, terdapat sejumlah mahasiswa yang tidak ingin dievakuasi karena berpotensi putus kuliah. Di samping itu, pelajar tersebut memilih tidak di evakuasi lantaran pihak universitas masih belum meningkatkan status keamanan.
"Bagi yang mahasiswa khususnya bagi yang kuliah di wilayah Lebanon Utara yang wilayah yang relatif aman. Jadi memang minimal ada serangan Israel di sana, pihak kampus memang belum menetapkan status level. Jadi mereka khawatir kalau ikut evakuasi nanti dianggap putus kuliah.
Selanjutnya, terdapat sejumlah migran juga yang tidak mau kehilangan pekerjaanya apabila dievakuasi ke Indonesia. Dengan demikian, kata Judha, pihaknya telah melakukan pendekatan untuk membujuk WNI agar mau dievakuasi.
Selain itu, terdapat kendala terkait proses administrasi keimigrasian. Singkatnya, ketika WNI tersebut akan dievakuasi akan terhambat karena dinilai telah melanggar prosedur keimigrasian.
"Jadi akhirnya kan kalau kita melakukan evakuasi to some extend di titik perbatasan kita akan melalui checkpoint imigrasi. Nah harus ada exit permit yang sudah diurus di imigrasi yang ada di Beirut. Nah pada saat kita membantu memproses imigrasi di Beirut ternyata mereka melakukan pelanggaran keimigrasian. Nah ini perlu waktu," jelasnya.
Meskipun begitu, Kemlu telah berhasil melakukan evakuasi terhadap 65 WNI yang berada di Lebanon. Proses evakuasi itu dilakukan melalui lima gelombang mulai dari 10 Agustus hingga 3 Oktober 2024.
"Jadi dapat kami sampaikan dari evakuasi yang sudah kita lakukan secara bergelombang dalam 5 tahapan sejak Agustus hingga saat ini total ada 65 WNI. Ada 65 WNI yang sudah berhasil kita evakuasi. Plus satu warga negara asing," pungkasnya.